Cerita Yuda Kanda

Rama, Laksmana, dan Sugriwa mulai menyusun kekuatan di Kiskenda. Pasukan Sugriwa dikerahkan untuk membantu Rama membawa kembali Sita. Sementara itu, Rawana sedang cemas di Alengka. Ibu kotanya rusak parah karena ulah Hanuman. Alengka adalah kota yang tak tertembus sebelumnya, kedatangan Hanuman sendiri sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, ditambah lagi ia mampu memporakporandakan ibukota Alengka, seorang diri. 

Rawana mengumpulkan orang kepercayaannya dan memulai menyusun strategi untuk mengalahkan Rama. Ia meminta pendapat mereka tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengalahkan Rama yang sedang menyiapkan penyerbuan ke Alengka. Para penasihat Rawana mengambil hati rajanya itu dan mengatakan bahwa ia pasti akan menang mengalahkan Rama, karena ia sangat kuat dan juga sakti, hingga dewata pun bertekuk lutut di hadapannya. Hanya seorang yang mampu mengatakan dengan jujur, dialah Wibisana, adik termuda Rawana.

Wibisana menyampaikan dengan lemah lembut bahwa kesalahan sebenarnya ada di pihak mereka. Pertempuran besar ini tak akan terjadi jika dulu para raksasa di hutan tidak mengganggu pertapaan Rama. Ditambah lagi, Rawana menculik Sita yang membuat Rama semakin marah. Wibisana meminta dengan halus agar kakaknya itu mengembalikan Sita kepada Rama. 

Rawana menjadi murka mendengar kata-kata adiknya itu. Ia tak percaya jika manusia mampu mengalahkan keperkasaannya. Seluruh penasihatnya setuju akan ucapannya, karena mereka memang hanya ingin menyenangkan Rawana. Rawana mengusir Wibisana dengan kasar. 

Wibisana yang terusir dari kerajaannya menemui Rama dan pasukannya di tempat persembunyian mereka, dan menyerukan niatnya untuk bergabung bersama mereka. Rama tidak serta merta percaya akan niat Wibisana tersebut. Ia meminta Wibisana untuk memberitahu informasi berharga tentang Alengka. Wibisana memberikannya dengan senang hati. Rama akhirnya berjanji untuk mengembalikan kehormatan Wibisana di Alengka.

Ketika itu, Rama belum mencapai Alengka. Ia masih berkemah di dekat lautan luas yang memisahkan antara pasukan mereka dan Alengka. Rama berseru kepada lautan untuk membantunya menyeberang. Dewa laut kemudian mengutus anak buahnya untuk membangun jembatan, supaya Rama dan pasukannya dapat melintas. Rama tiba di Alengka dengan selamat dan membangun kemah di Gunung Suwela yang sulit ditembus.

Mata-mata Rawana menyampaikan hal tersebut kepada rajanya, yang segera mengadakan sidang darurat untuk mengambil keputusan. Rawana kemudian mengutus Wijujiwa, seorang ahli sihir untuk menyihir kepala Rama, dan mengabarkan berita palsu kepada Sita.

Sita terkejut bukan main ketika Rawana menyampaikan kabar kematian suaminya, ditambah bukti kepala Rama dan busur milik Rama. Sita menangis tersedu-sedu mendengar kabar itu. Sayangnya, sebelum Rawana dapat meyakinkan Sita, jenderal kepercayaannya memanggilnya karena ada hal mendesak. Dengan demikian, sihir Wijujiwa pun sirna.

Di tempat lain, pasukan Rama bertarung melawan pasukan Rawana yang dipimpin oleh Indrajit, putra Rawana. Rama dan Laksmana roboh oleh panah Indrajit yang sakti. Pasukan Rawana yang mengira mereka sudah mati membawa kabar itu kepada Rawana. Rama dan Laksmana yang sekarat sembuh kembali berkat Garuda. 

Pertarungan kembali dilaksanakan. Setiap jenderal yang dikirim oleh Rawana untuk menyerang Rawana, kembali hanya tinggal nama. Mereka tewas di tangan Rama dan pasukannya. Selain kaum wanara yang dipimpin Sugriwa, Rama juga dibantu oleh Garuda yang merupakan saudara Jatayu. Mereka bertarung dengan sengit, namun pasukan Rama masih di atas angin.

Rawana kemudian memeritahkan pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna, seorang raksasa terbesar dan pasukan Rawana yang terkuat. Tapi ternyata, Kumbakarna juga harus meregang nyawa di tangan Rama dan pasukannya. Agak OOT, tapi sosok Kumbakarna ini mengingatkan saya pada sosok raksasa terbesar di manga favorit saya One Piece, Oars. Mungkin, Eichiro Oda, sang pengarang One Piece terinspirasi dari kisah Ramayana kali ya.. Hehehe 

Kembali ke kisah Ramayana. Rawana mulai kebakaran jenggot, karena pasukannya mengalami kekalahan telak. Ia akhirnya mengutus anak kesayangannya, Indrajit, yang pernah menaklukkan dewa Indra untuk membunuh Rama. Kali ini, Laksmanalah yang turun untuk bertarung dengan Indrajit. Pertarungan mereka berlangsung sangat seru, karena kesaktian keduanya bisa dibilang setara. Laksmana berhasil mengalahkan Indrajit setelah menyarangkan anak panahnya yang telah dimantrai ke tubuh raksasa itu.

Akhirnya, tibalah pertarungan terakhir antara Rama dan Rawana. Rawana adalah musuh yang sangat kuat. Ada literatur yang mengatakan bahwa Rawana memiliki sepuluh pasang tangan dan sepuluh kepala yang membuatnya sulit dikalahkan. Tetapi di sini, Rawana hanya memiliki satu kepala dan sepasang tangan. Rama yang terdesak mendapatkan bantuan dari dewa, hingga akhirnya panah Rama berhasil menebas kepala Rawana. Sayangnya, kepala Rawana muncul kembali. Setiap kali Rama berhasil memenggal kepala Rawana, kepala itu muncul kembali. Begitu terus hingga seratus kali. Pertarungan berlangsung dengan dahsyat hingga tujuh hari tujuh malam. Hingga akhirnya, Rama mengeluarkan panah suci pemberian Dewa Brahma (dewa tertinggi dalam ajaran Hindu), dan menghabisi nyawa Rawana.

Rawana tewas, dan Wibisana diangkat menjadi raja baru Alengka. Sita sangat gembira karena ia bisa bertemu lagi dengan suaminya. Namun, kebahagiaan Sita harus ditunda sementara. Rama meragukan kesucian Sita, karena ia telah begitu lama tinggal di Alengka. Rama maupun Sita tidak tahu bahwa Rawana tidak akan bisa memiliki seorang perempuan jika perempuan itu tidak menghendakinya. Rawana pernah memperkosa seorang bidadari yang menyebabkannya menerima kutukan dari Brahma. Rawana akan hancur berkeping-keping, jika ia memperkosa seorang perempuan lagi. 

Yang paling menyedihkan, Rama menyampaikan itu semua di hadapan para wanara dan penduduk Alengka. Sita tentu saja sangat sedih atas tuduhan Rama tersebut. Ia menyuruh Laksmana untuk menyusun kayu dan membakarnya. Sita masuk ke dalam api dan berujar kepada dewa api, bahwa jika ia memang suci, maka dewa api akan melindunginya. Ternyata, Sita selamat tanpa suatu cedera apapun. 

Rama menyambut Sita dengan penuh sukacita. Ia mengungkapkan kepada Sita bahwa ia terpaksa melakukan tes terhadap kesucian Sita, karena Sita telah begitu lama tinggal bersama Rawana. Jika Rama menerima Sita begitu saja, orang-orang akan menganggap Rama sebagai orang yang dipenuhi nafsu birahi. Padahal ia adalah seorang anak Raja dan paham darma. Akhirnya, Sita dan Rama bisa dipersatukan kembali dan pulang ke Ayodya dengan selamat.
Cerita ini saya ambil dari teman saya : Made Niki

Posting Komentar

0 Komentar