Cerita Ayodya Khanda

Buku kedua ini bercerita tentang Rama yang akan diangkat jadi raja baru Ayodya, menggantikan ayahnya yang sudah tua. Dasarata diceritakan sangat mencintai Rama, sehingga ia tidak akan bisa hidup tanpa anaknya itu. Upacara penobatan Rama sendiri segera ditetapkan, yang disambut Rama dengan kepatuhan terhadap ayahnya itu. Rama digambarkan sebagai orang yang sangat patuh kepada darma, dan tak pernah melakukan perbuatan buruk. Berikut sepenggalan puisi tentang Rama.

Rama
menghormati kaum brahmana
selalu berhati iba
bijaksana dalam darma
memikirkan mereka yang perlu bantuan
Rama
seorang ksatria
berbakti pada tugasnya
menganggapnya jalan ke surga
[...]

Rama
tahu akan Darma
dan Arta
dan Kama

[...]

Rama
tak pernah iri
tak pernah dengki
tak pernah terlalu gembira
tak pernah terlalu berduka
Rama
menguasai waktu
dihormati di tiga dunia 
Begitulah
kejayaan Rama
Bahkan dunia pun ingin jadi hambanya

Semua orang bergembira atas penobatan Rama menjadi raja. Namun demikian, ternyata ada satu orang yang tidak suka dengan hal itu. Ia adalah Mantara, seorang dayang tua bongkok, yang mengabdi kepada Kaikeyi, istri termuda Dasarata sekaligus ibu Barata. Ia menghasut Kaikeyi bahwa seharusnya anaknyalah yang menjadi raja dan bukannya Rama. Kaikeyi termakan hasutan Mantara, hingga ia meminta Dasarata agar penobatan Rama dibatalkan.

Dulu, Dasarata pernah berhutang nyawa kepada Kaikeyi hingga ia berjanji akan mengabulkan dua permintaan Kaikeyi. Kaikeyi, yang sudah termakan hasutan Mantara, menggunakan janji yang diucapkan raja itu sekarang. Ia meminta Dasarata agar tidak jadi menobatkan Rama, dan menobatkan Barata sebagai gantinya. Yang kedua, ia ingin agar Rama diusir dari Ayodya selama 14 tahun.

Dasarata menolak permintaan itu pada awalnya, tetapi Kaikeyi terus mendesaknya hingga ia tak memiliki pilihan lain. Kaikeyi, istri termudanya yang awalnya sangat ia cintai, berubah menjadi wanita licik dan jahat yang terbakar oleh api cemburu. Dasarata akhirnya memanggil Rama, dan menjelaskan permintaan Kaikeyi itu. Ia sangat sedih, karena bukan hanya Rama tidak jadi menjadi raja, tetapi juga karena ia harus dipisahkan dari Rama. Dan Dasarata tidak bisa hidup tanpa Rama.

Rama mematuhi perintah ayahnya dengan tenang. Ia akhirnya pergi dari Ayodya dengan lapang dada. Sita dan Laksmana yang setia mengikuti kepergiannya. Ibunda Rama, Kausalya, sangat sedih melihat kepergian anaknya. Begitu juga Dasarata. Tetapi Kaikeyi sangat puas dan menyuruh orang bergegas memanggil Barata, yang saat itu kebetulan tidak ada di Ayodya, hingga ia tak tahu menahu soal Rama dan pengangkatan dirinya.

Barata tiba di Ayodya disambut oleh ibunya dan kabar bahwa ia akan menjadi raja. Di luar perkiraan sang ibu, Barata tidak senang sama sekali dan marah luar biasa atas tindakan ibunya. Ia sangat menyayangi Rama. Mereka semua saling mengasihi dan mencintai, hingga tak mungkin saling mencelakai. Apalagi, Rama adalah kakak tertua yang dianggap sebagai dewa olehnya.
Barata sangat marah dan tidak mau menduduki tahta yang seharusnya menjadi milik Rama itu. Dasarata sendiri terhimpit kedukaan dan rasa bersalah yang mendalam karena harus membuang anak kesayangannya. Ia akhirnya meninggal dunia. Meskipun demikian, Barata tetap menolak menduduki singgasana raja, yang ia anggap bukan haknya. Ia pun pergi dari Ayodya, menyusul Rama dan membujuknya untuk kembali ke Ayodya dan menduduki tahta seperti semestinya. Barata berkata, bahwa ialah yang akan menggantikan Rama, diasingkan selama 14 tahun dari kerajaannya. Rama menolak permintaan adik bungsunya itu. Ia berkata bahwa ini adalah janji yang ia buat dengan ayahnya, betapapun ayahnya terpaksa mengucapkan perintah itu. Ia berkata kepada adiknya bahwa ia akan menempuh jalan darma, dan tak berniat untuk bertahta di Ayodya.

Mendengar kata-kata Rama, Barata yang bijaksana menjawab bahwa ia akan mematuhi perintah kakaknya itu. Ia akan memerintah Ayodya selama 14 tahun hingga masa pengasingan Rama selesai. Barata akan menjadi raja, tetapi ia akan tetap diasingkan sama seperti Rama. Ia tidak akan tinggal di istananya yang megah. Ia hanya akan makan umbi-umbian, akar, dan buah, tetapi ia akan tetap memerintah Ayodya sesuai keinginan Rama. Ia memerintahkan penasihat kerajaan untuk memindahkan kedudukannya ke hutan itu. Ia akan memerintah Ayodya dari sana dan akan melakukan segala halnya atas nama Rama. Ketika masa 14 tahun pengasingan Rama selesai, ia harus kembali ke Ayodya dan menjadi raja yang sesungguhnya. Jika Rama menolak, Barata tidak segan-segan akan bunuh diri, daripada ia harus menanggung beban itu.

Di buku kedua ini, emosi pembaca mulai dipermainkan. Apalagi ketika bercerita tentang Mantara yang menghasut Kaikeyi dan Kaikeyi yang akhirnya buta mata hatinya karena tertutup kecemburuan terhadap Rama. Padahal, Rame menghormati Kaikeyi sama seperti menghormati ibunya sendiri. Saya benar-benar geregetan sekali dengan adegan ketika Kaikeyi menyampaikan kepada Raja Dasarata bahwa ia ingin Rama diturunkan dari penobatannya sebagai Raja dan harus diusir dari Ayodya. Emosi yang disampaikan begitu detail, hingga saya benar-benar merasa benci kepada Kaikeyi ini.

Luapan kemarahan Barata kepada ibunya pun disampaikan dengan sangat bagus. Saya benar-benar bisa memahami perasaan Barata yang serba salah dan merasakan kemarahannya kepada ibunya. Saya juga merasakan sakitnya hatinya ketika ibunda Rama, Kausalya, menuduhnya bersekongkol dengan ibunya untuk menggulingkan Rama. Tetapi, Barata akhirnya berhasil meyakinkan Kausalya bahwa ia tidak tahu menahu akan rencana licik ibunya itu.
Cerita ini saya ambil dari teman saya : Made Niki

Posting Komentar

0 Komentar